PENGERTIAN MATRIKS RUMUS & DETERMINAN
Pengertian Matriks
disusun oleh, NAMA : MUHAMMAD AFWAN FAJRI
NIM : 202031003
FAKULTAS :
TELEMATIKA ENERGI
PERGURUAN
TINGGI : INSTITUT TEKNOLOGI PLN
PRODI : S1 TEKNIK
INFORMATIKA
KELAS : A
MATA KULIAH : ALJABAR LINIER
Matriks merupakan kumpulan bilangan, simbol, atau ekspresi dengan bentuk persegi panjang, sesuai baris dan kolom. Ordo matriks menunjukkan banyaknya baris dan kolom dalam matriks. Transpose matriks adalah bentuk operasi matriks di mana susunan baris diubah jadi kolom dan kolom diubah jadi baris. Matriks sama adalah matriks yang punya ordo-ordo yang sama dan tiap elemennya terletak pada baris dan kolom yang sama.
Playlist di youtube (VLOG) :
1. https://youtu.be/qEWyLiE4g-8 (Matriks)
2. https://youtu.be/TNeaYMyv0lc (Determinan Baris dan Kolom)
3. https://youtu.be/pV7pzSIGFrw (Determinan Metode CHIO)
4. https://youtu.be/fr53VpBf2Ho (Determinan Metode Crout dan Dolittle)
5. https://youtu.be/174GCj9MHpc (Invers Matriks Metode Adjoin)
6. https://youtu.be/exhQWGZN0Io ( Gauss Jordan)
Matriks adalah kumpulan bilangan, simbol, atau ekspresi yang disusun membentuk persegi panjang berdasarkan baris dan kolom. Notasi matriks dinyatakan dalam huruf kapital. Berikut ini contoh penulisan matriks.
Matriks D di atas memiliki sembilan elemen, yaitu a–i.Letak elemen dinyatakan dalam fungsi xp,qdi mana p menunjukkan baris, sedangkan q menunjukkan kolom, contohnya x2,3= f; x3,1=g; dan x2,2= e. Baris merupakan bagian matriks yang mengarah horizontal, sedangkan kolom merupakan bagian matriks yang mengarah vertikal.
Contoh mudah matriks dapat kamu lihat dalam ilustrasi di bawah ini:
Ilustrasi di atas dapat kamu baca seperti ini: a11 dibaca baris ke-1 dan kolom ke-1; a12 dibaca baris ke-1 dan kolom ke-2; atau amn yang berarti baris ke-m dan kolom ke-n. Banyaknya baris dan kolom dalam matriks disebut dengan ordo. Urutan yang perlu diingat adalah baris kemudian kolom. Matriks dalam ilustrasi di bawah ini memiliki ordo 2x3, karena memiliki dua baris dan tiga kolom.
Untuk mengetahui matriks dalam matematika lebih dalam, ada beberapa jenis matriks yang perlu kamu ketahui, Squad. Jenis-jenisnya adalah:
1. Matriks nol : matriks yang semua elemennya adalah nol.
2. Matriks baris : matriks yang hanya memiliki satu baris.
3. Matriks kolom : matriks yang hanya memiliki satu kolom.
4. Matriks persegi : matriks yang memiliki jumlah baris dan kolom yang sama.
5. Matriks identitas : matriks konstanta dengan elemen diagonal utama adalah 1.
Ordo Matriks
Ordo atau ukuran matriks menunjukkan banyaknya baris dan kolom di dalam matriks. Ordo biasa dinotasikan sebagai ∑ baris x kolom. Perhatikan contoh berikut.
Transpose Matriks
![](https://i0.wp.com/quipperhome.wpcomstaging.com/wp-content/uploads/2019/07/matriks-3-2.png?resize=394%2C174&ssl=1)
Berdasarkan transpose matriks di atas, kalian bisa melihat bahwa elemen baris ke-1, yaitu 1, 2, 3, dituliskan pada kolom ke-1, elemen baris ke-2, yaitu 4, 5, 6, dituliskan pada kolom ke-2, dan begitu seterusnya. Dengan demikian, transpose matriks bisa mengubah ordo matriks jika jumlah baris dan kolomnya tidak sama.
Matriks Sama
Suatu matriks dikatakan sama jika matriks-matriks tersebut memiliki ordo yang sama dan setiap elemennya terletak pada baris dan kolom yang sama. Jika suatu matriks sama, otomatis setiap elemen yang seletak nilainya sama. Perhatikan contoh soal berikut.
Contoh Soal 1
Diketahui dua matriks sebagai berikut.
Tentukan nilai dari a, b,c, dan d!
Pembahasan:
Untuk mencari nilai a, b,c, dan d, kalian harus tahu bahwa matriks D = E, sehingga elemen seletak nilainya pasti sama.
Dari perhitungan di atas, diperoleh nilai a= 1, b = 6, c= 0, dan d= 9.
Jadi, nilai a, b,c, dan d berturut-turut adalah 1, 6, 0, dan 9.
Operasi Antarmatriks
Layaknya bilangan, matriks juga bisa dioperasikan seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian angka dengan matriks, maupun perkalian antarmatriks.
1. Penjumlahan dan pengurangan matriks
Penjumlahan dan pengurangan matriks hanya bisa dilakukan jika ordonya sama, misalnya matriks 2 × 2 dikurangkan dengan matriks 2 × 2 lainnya. Elemen yang dijumlahkan atau dikurangkan harus seletak, artinya posisi atau letaknya sama. Perhatikan contoh berikut.
Berdasarkan contoh di atas, terlihat bahwa penjumlahan atau pengurangan matriks tidak mengakibatkan perubahan ordo.
2. Perkalian angka dengan matriks
Semua matriks bisa dikalikan dengan konstanta atau bilangan berapapun. Jika dikalikan dengan suatu konstanta atau bilangan, semua elemen di dalam matriks tersebut harus dikalikan satu per satu dengan konstanta yang dimaksud. Contohnya sebagai berikut.
Berdasarkan hasil di atas, ternyata perkalian antara konstanta dan matriks tidak akan mengubah ordo matriks tersebut.
3. Perkalian antara matriks dan matriks
Jika dibandingkan operasi matriks sebelumnya, perkalian antara matriks dan matriks ini terbilang lebih rumit. Untuk mengalikan antara matriks dan matriks, kalian harus mengalikan seluruh elemen tiap baris ke-pdengan kolom ke-p, lalu hasilnya dijumlahkan pada baris yang sama. Misalnya diketahui perkalian matriks sebagai berikut.
Contoh mengoperasikan perkalian antara dua matriks di atas adalah sebagai berikut.
Pembahasan:
Hal yang harus diingat dari perkalian matriks adalah sifat perkalian matriks tidak berlaku bolak-balik atau AB ≠ BA.
Agar kalian semakin paham dengan pembahasan matriks ini, perhatikan contoh soal berikut.
Contoh Soal 2
Pembahasan:
Sebelum menyelesaikan soal di atas, kalian jabarkan kembali persamaannya, yaitu sebagai berikut.
Selanjutnya, tentukan nilai x dan y berdasarkan nilai elemen seletak.
Diperoleh nilai x= 2 dan y= 4. Dengan demikian, x+ 2xy+ y= 2 + 2(2)(4) + 4 = 22.
Jadi, nilai x+ 2xy+ y= 22.
Contoh soal 3
Tentukan nilai 2a2+ b– c yang memenuhi persamaan matriks berikut.
Pembahasan:
Untuk menentukan nilai 2a2+ b– c, kalian harus mengalikan matriks-matriks di sisi kiri terlebih dahulu.
Dari persamaan di atas, diperoleh:
Baris ke-2, kolom ke-2
Baris ke-1, kolom ke-2
Baris ke-1, kolom ke-1
Dengan demikian, nilai 2a2+ b– c= 2(3)2+ (-3) – 1 = 14.
Jadi, nilai 2a2+ b– c= 14.
Fungsi determinan matrik bujur sangkar A dinyatakan dengan det(A)=|A|, didefinisikan sebagai jumlahan hasil kali elementer elemen-elemen bertanda A.Sehingga bentuknya terlihat seperti persegi. Cara menentukan determinan matriks akan berbeda pada tiap ordo.Dengan ukuran 2×2, 2×3, 3×3, 4×4
Determinan Matriks Berordo 2 x 2
Contoh matriks dengan ordo 2 x 2 adalah seperti ini:
Matriks A merupakan matriks dengan ordo 2 × 2 memiliki elemen a dan d yang terletak pada diagonal utama, sedangkan b dan c terletak pada diagonal kedua. Nilai determinan A, disimbolkan dengan [A], merupakan suatu bilangan yang diperoleh dengan cara mengurangkan hasil kali elemen-elemen pada diagonal utama dengan hasil kali elemen-elemen diagonal kedua.
Rumus yang dapat kamu gunakan adalah:
Det (A) = |A| = ad – bc
Untuk bisa memahami rumus ini dengan lebih baik, mari kita lihat contoh soal berikut ini.
Contoh Soal Determinan Matriks Berordo 2 x 2
Untuk bisa lebih memahami determinan matriks, mari kita perhatikan soal determinan matriks berordo 2 x 2 berikut ini:
1. Tentukan determinan dari matriks berikut ini!
Solusi:
Bila kita perhatikan matriks di atas, kita dapat langsung menghitung nilai determinan dengan rumus yang telah kita ketahui.
Det (A) = |A| = ad – bc
|A| = (5 x 6) – (2 x 4)
|A| = 30 – 8
|A| = 22
2. Berapakah determinan dari matriks di bawah ini?
Solusi:
Sama dengan soal yang pertama, kita bisa menggunakan rumus untuk bisa menyelesaikannya.
Det (A) = |A| = ad – bc
|A| = (7 x 3) – (2 x 8)
|A| = 21 – 16
|A| = 5
Determinan Matriks Berordo 3 x 3
Matriks berordo 3×3 adalah matriks berbentuk persegi dengan banyak kolom dan baris sama yaitu tiga. Bentuk umum matriks berordo 3×3 sebagai berikut:
Untuk menghitung determinan matriks berordo 3×3, kamu bisa menggunakan aturan Sarrus. Gambar di bawah ini akan menunjukkan caranya dengan lebih jelas.
![determinan matriks ordo 3x3](https://www.kelaspintar.id/uploads/blog/Determinan-Matriks-Ordo-3.jpg)
Sumber Gambar: idschool.net
Untuk bisa memahami cara ini dengan lebih baik, mari kita perhatikan beberapa contoh soal berikut ini.
Contoh Soal Determinan Matriks Berordo 3×3
Untuk dapat memahami determinan matriks berordo 3 x 3, ada beberapa soal yang akan bisa menambah pemahaman kamu mengenai hal ini.
1. Tentukan determinan dari matriks di bawah ini!
Solusi:
Untuk menyelesaikan soal di atas, maka kita akan menggunakan aturan Sarrus.
|A| = aei + bfg + cdh – ceg – afh – bdi
|A| = (1x5x6) + (4x2x1) + (1x2x3) – (1x5x1) – (1x2x3) – (4x2x6)
|A| = 30 + 8 + 6 – 5 – 6 – 48
|A| = -15
2. Berapakah determinan dari matriks di bawah ini?
Solusi:
Untuk menyelesaikan soal di atas, maka kita akan menggunakan aturan Sarrus.
|A| = aei + bfg + cdh – ceg – afh – bdi
|A| = (2x5x1) + (4x2x2) + (1x3x3) – (1x5x2) – (2x2x3) – (4x3x1)
|A| = 10 + 16 + 9 – 10 – 12 – 12
|A| = 1
Pengertian
Metode Laplace adalah suatu teknik untuk menyederhanakan permasalahan dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan keluaran, dengan melakukan transformasi dari suatu domain pengamatan ke domain pengamatan yang lain
DETERMINAN METODE EKSPANSI LAPLACE
Andaikan, A=[aij] (nxn) adalah matrik bujur sangkar berordo (nxn), dan Cij = (-1)i+j Mij adalah kofaktor elemen matrik A baris ke-i kolom ke-j.
Cara menghitung determinan (A) dengan ekspansi kofaktor (Ordo 3×3)
Cara menghitung determinan (A) dengan ekspansi kofaktor (Ordo 4×4)
Ekspansi kofaktor baris
Ekspansi kofaktor kolom
Determinan merupakan suatu fungsi dari himpunan semua matriks persegi ke himpunan semua bilangan real. Determinan matriks biasanya dinyatakan oleh
atau
. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menentukan determinan matriks yaitu metode Sarrus, Ekspansi Kofaktor, dan Kondensasi (Penyusutan) CHIO. Kondensasi CHIO merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menentukan determinan matriks yang memiliki ordo
dengan
.
Kondensasi CHIO menyusutkan determinan matriks ordo menjadi ordo
dan dikalikan dengan elemen
. Proses kondensasi ini berakhir pada determinan matriks ordo
. Tanpa mengurangi perumuman, dalam tulisan ini menggunakan matriks persegi dengan syarat elemen
. Apabila nilai elemen
maka dilakukan proses operasi baris/kolom yaitu menukarkan baris/kolom pada determinan matriks untuk memperoleh
.
Perhatikan untuk matrik dengan ordo . Persamaan yang digunakan untuk metode CHIO ini sebagai berikut.
Selanjutnya untuk matrik dengan ordo . Persamaan yang digunakan untuk metode CHIO ini sebagai berikut.
Apabila ukuran matriksnya diperluas atau diperumum menjadi , maka diperoleh persamaan untuk metode CHIO adalah sebagai berikut.
Contoh 1.
Hitung determinan matriks .
Dengan menggunakan metode CHIO, maka didapat
Contoh 2.
Hitung determinan matriks .
Dengan menggunakan metode CHIO, maka didapat
Misal , diperoleh
Jadi,
Sifat Determinan
Dalam perhitungan hanya metode Sarrus yang digunakan, karena metode ini lebih mudah dibandingkan dua metode lainnya.
- Jika matriks A sembarang yang semua elemen dalam salah satu baris atau kolomnya adalah nol, maka determinan A = 0.
Contoh matriks 2×2
Baris | Kolom |
Contoh matriks 3×3
Baris | Kolom |
2. Jika matriks A sembarang adalah matriks segitiga atas, matriks segitiga bawah, atau matriks diagonal, maka determinan A = hasil kali elemen diagonal utama.
Contoh matriks 2×2
Segitiga Atas | Segitiga Bawah |
Diagonal |
Contoh matriks 3×3
Segitiga Atas | Segitiga Bawah |
Diagonal |
3. Jika matriks A’ adalah matriks yang diperoleh dari matriks A setelah salah satu baris/kolomnya dikalikan dengan konstanta k, maka determinan A’ = k x Det A.
Contoh matriks 2×2
Matriks A |
A’ (Baris) | A’ (Kolom) |
Contoh matriks 3×3
Matriks B |
B’ (Baris) |
B’ (Kolom) |
4. Jika matriks A’ dihasilkan dari matriks A setelah dua baris/kolomnya ditukarkan, maka determinan A’ = – det A.
Contoh matriks 2×2
Matriks A |
Tukar Baris | Tukar Kolom |
Contoh matriks 3×3
Matriks B |
Tukar Baris |
Tukar Kolom |
5. Jika A’ adalah matriks yang dihasilkan dari matriks A setelah salah satu baris/kolomnya dikalikan dengan konstanta kemudian dijumlahkan/dikurangkan terhadap baris/kolom yang lainnya, maka determinan A’ = determinan A.
Matriks A |
Baris | Kolom |
Contoh matriks 3×3
Matriks B |
Baris |
Kolom |
6. Jika sebuah matriks mempunyai dua baris yang elemen-elemennya sebanding, maka determinannya adalah nol.
Dua Baris Sama |
Baris Sebanding | Kolom Sebanding |
Contoh matriks 3×3
Dua Baris Sama |
Baris Sebanding |
Kolom Sebanding |
7. Suatu matriks nilai determinannya tidak akan berubah jika barisnya dijadikan kolom.
Dengan kata lain determinan matriks asal sama dengan determinan matriks hasil transpose.
Contoh matriks 2×2
Matriks A | Transpose A |
Contoh matriks 3×3
Matriks B |
Baris Sebanding |
Matrik bujur sangkar A dikatakan
dapat didekomposisi, jika terdapat matrik segitiga bawah L dan matrik segitiga
atas U sedemikian rupa sehingga :
A = LU
Akibatnya :
det(A) = det(L) det (U)
Det(A) = det(L) det(U)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/7.png?w=801)
Dalam menghitung dekomposisi matriks ada beberapa metode, diantaranya:
- Metode crout, metode ini digunakan untuk mendekomposisi matriks yang menghasilkan elemen diagonal utama dari matriks segitiga atas U adalah satu.
- Metode doollite, metode ini digunakan untuk mendekomposisi matriks yang menghasilkan elemen diagonla utama matriks segitiga bawah L adalah satu.
- Metode Cholesky, metode ini digunakan untuk endekomposisi matriks diagonal utama L dan U sama. Metode ini hanya untuk matriks yang simetris.
- Metode operasi elementer, metode ini digunakan untuk mendekomposisi matriks menjadi segitiga atas atau segitiga bawah
Namun, teknik-teknik/metode-metode yang disebutkan diatas tidak akan kita bahas semua, kita hanya akan membahas tentang metode crout dan metode doollite
METODE CROUT
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/8.png?w=800)
Rumus untuk menyelesaikan persamaan dari elemen matriks segitiga bawah hingga matriks segitiga atas:
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/9.png?w=801)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/10.png?w=803)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/11.png?w=803)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/1.png?w=548)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/12.png?w=804)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/13.png?w=804)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/14.png?w=803)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/15.png?w=804)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/16.png?w=805)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/17.png?w=805)
METODE DOOLITTLE
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/18.png?w=806)
Rumus untuk menyelesaikan persamaan dari elemen matriks segitiga atas hingga matriks segitiga bawah:
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/19.png?w=806)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/21.png?w=806)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/22.png?w=806)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/23.png?w=551)
Contoh 1
Dekomposisi matriks berikut menjadi matriks segitiga bawah (L) dan segitiga atas (U).
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/24.png?w=805)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/25.png?w=806)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/26.png?w=806)
Contoh 2
Dekomposisi matriks berikut menjadi matriks segitiga bawah (L) dan segitiga atas (U).
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/27.png?w=806)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/28.png?w=803)
![](https://squarenotcircle.files.wordpress.com/2019/10/29.png?w=806)
INVERS MATRIKS:
Jika
Penyelesaian :
Matriks A dan B saling invers jika berlaku A × B = B × A = I.
Suatu matriks lain, misalnya B dikatakan sebagai invers matriks A jika AB = I. Matriks invers dari A ditulis A–1 . Dengan demikian, berlaku :
AA–1 = A–1A = I
Matriks A mempunyai invers jika A adalah matriks nonsingular, yaitu det A ≠ 0. Sebaliknya, jika A matriks singular (det A = 0) maka matriks ini tidak memiliki invers.
Dari persamaan A × B = I, diperoleh :
Sekarang, akan kita buktikan apakah matriks B × A = I?
Jadi, jika A =
Tentukan invers matriks-matriks berikut.
a. A =
a. Dengan Adjoin
Pada subbab sebelumnya, telah dijelaskan mengenai determinan matriks. Selanjutnya, adjoin A dinotasikan adj (A), yaitu transpose dari matriks yang elemen-elemennya merupakan kofaktor-kofaktor dari elemen-elemen matriks A, yaitu :
Adjoin A dirumuskan sebagai berikut.
Jawaban :
Terlebih dahulu kita hitung determinan A.
Dengan menggunakan rumus adjoin A, diperoleh :
Bentuk ![{\displaystyle AI->IA^{-1}}](https://wikimedia.org/api/rest_v1/media/math/render/svg/3f45eb897b3a36caee3c5da9f07db88560c4f714)
- A =
- A =
Untuk menentukan invers matriks An dengan cara transformasi baris elementer, dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut berikut.
1) Bentuklah matriks (An | In), dengan In adalah matriks identitas ordo n.
4) Tukarkan 1 baris dengan baris lainnya
5) Letakkan satu baris dengan bilangan bukan nol.
6) Jumlahkan kelipatan suatu baris dengan baris lainnya
* untuk mencari b1 >> pecahan dari angka pertama
* untuk mencari b2,b3 >> lawan dari angka(misalkan positif (+) menjadi negatif (-)
Notasi yang sering digunakan dalam transformasi baris elementer adalah :
Penyelesaian :
- A =
tentukan determinan A dengan metode OBE!
- A =
Eliminasi Gauss
Eliminasi gauss ditemukan oleh Carl Friedrich Gauss, metode ini dapat dimanfaatkan untuk memecahkan sistem persamaan linear dengan merepresentasikan (mengubah) menjadi bentuk matriks, matriks tersebut lalu diubah kebentuk Eselon Baris melalui Operasi Baris Elementer. Kemudian sistem diselesaikan dengan substitusi balik.
Lalu apa itu eselon baris? dan bagaimana bentuknya?
Bentuk Eselon Baris
Suatu matriks memiliki bentuk eselon baris jika memenuhi 3 kriteria berikut :
- Jika didalam baris terdapat elemen-elemen yang tidak semuanya nol, maka bilangan tak nol pertama di dalam baris tersebut adalah 1.
Contoh : (Perhatikan setiap baris pada matriks berikut)
Dari matriks diatas baris merah dan baris hijau memenuhi kriteria pertama, karena elemen-elemen pada baris merah atau hijau tidak semuanya nol dan bilangan (elemen) bukan nol pertama (dari kiri) di dalam baris tersebut adalah 1. Sedangkan pada baris biru tidak memenuhi kriteria pertama sebab bilangan (elemen) bukan nol pertama (dari kiri) bukan bernilai 1, melainkan bernilai -1.
- Nah kalau ada baris-baris yang semua elemennya bernilai 0 semua, maka baris-baris tersebut harus dikelompokkan dan diletakkan dibagian bawah matriks.
Contoh :
Dari contoh diatas, matriks dengan elemen berwarna biru memenuhi kriteria kedua sebab terdapat baris yang semua elemennya 0 dan baris tersebut diletakkan di bagian bawah matriks. Sedangkan pada matriks berwarna merah, masih belum memenuhi kriteria kedua, sebab walaupun terdapat baris dengan elemen-elemennya 0, namun baris-baris tersebut tidak dikelompokkan dan tidak diletakkan di bagian bawah matriks tersebut. Pada matriks merah agar memenuhi kriteria kedua seharusnya :
- Jika terdapat dua baris berurutan yang memenuhi kriteria pertama, maka angka 1 (pertama/utama) dari baris yang lebih rendah berada lebih kekanan dari angka 1(pertama/utama) baris yang diatasnya.
Contoh :
Pada matriks hijau sudah memenuhi kriteria ketiga, karena jelas angka 1 pertama (dari kiri) pada baris yang lebih rendah letaknya lebih kekanan dari angka 1 pertama dari baris yang diatasnya.
Sedangkan pada matriks biru belum memenuhi sebab terdapat dua baris berurutan yang melanggar kriteria ketiga yaitu baris ke 2 dan 3. Dimana angka 1 pertama baris ketiga terletak tepat di bawah angka 1 pertama baris kedua.
Setelah memahami ketiga kriteria (syarat) dari bentuk eselon baris. Berikut contoh matriks yang mempunyai bentuk eselon baris (memenuhi ketiga kriteria sekaligus).
Selanjutnya kita akan menerapkan metode eliminasi gauss dan subtitusi balik untuk memecahkan suatu sistem persamaan linear dengan operasi baris elementer. Disarankan sudah memahami penggunaan operasi baris elementer untuk pemecahan sistem persamaan linear.
Pemecahan SPL dengan Eliminasi Gauss
Gambaran diatas merupakan ilustrasi proses pemecahan Sistem Persamaan Linear (SPL), dimana urutan langkah-langkahnya dinamakan “Eliminasi Gauss” dan operasi yang dilakukan dinamakan “Operasi Baris Elementer (OBE)” dimana eliminasi gauss ini bertujuan membentuk Eselon Baris.
Catatan : Pada proses pemecahan dengan metode eliminasi gauss pada umumnya memiliki macam-macam jalur atau alur operasi yang dilakukan, misalkan pada langkah awal bisa saja kita menemukan beberapa operasi alternatif dan kita bebas memilihnya. Karena terdapat banyak jalur atau alur operasinya maka jika anda mencoba dengan jalur lain (tidak seperti di contoh) kemungkinan anda akan menemukan bentuk sistem/matriks yang berbeda. Namun jangan khawatir selama operasi yang dilakukan menggunakan Operasi Baris Elementer dan dilakukan secara teliti, maka solusi(pemecahan) yang didapat akan sama dan itu merupakan hal yang wajar.
Contoh 1 (Solusi Tunggal)
Diberikan sistem persamaan linear sebagai berikut :
Perintah : Tentukan pemecahan sistem persamaan linear di atas dengan metode eliminasi gauss.
Penyelesaian :
Mula-mula kita representasikan sistem tersebut kedalam bentuk matriks.
Langkah 1
Kita akan membuat 1 pertama pada baris pertama dengan beberapa pilihan operasi :
- Kita bisa menukar baris ke-1 dengan baris ke-3, dinotasikan
- Dengan mengganti baris ke-1 dengan hasil kali baris ke-1 dengan dinotasikan :
Dari dua pilihan diatas kita bebas memilihnya, namun kita akan menggunakan pilihan yang pertama yaitu sehingga didapat :
Langkah 2
Selanjutnya kita akan menyederhanakan bentuk baris ke-2 dan ke-3 sekaligus yaitu dengan operasi sehingga didapat :
Kemudian dilanjut dengan operasi
Langkah 3
Kita akan membuat 1 pertama pada baris kedua dengan operasi dan diperoleh :
Langkah 4
Kita akan menyederhanakan lagi baris ke-3 dengan operasi
Langkah 5
Selanjutnya kita akan membentuk 1 pertama pada baris ke-3 dengan operasi
Dari matriks terakhir tersebut sudah memenuhi ketiga kriteria bentuk eselon baris. Selanjutnya tinggal mengubahnya kembali menjadi sistem persamaan linear :
Kita dapat memulai dengan mensubstitusikan persamaan (3) ke persamaan (2) sehingga didapat :
Kemudian nilai dari dan juga kita substitusikan ke persamaan (1) dan kita dapatkan :
Jadi didapat solusi tunggal yaitu dan .
Contoh 2 (Banyak Solusi)
Diberikan sistem persamaan linear sebagai berikut :
Perintah : Tentukan pemecahan sistem persamaan linear di atas dengan metode eliminasi gauss.
Penyelesaian :
Kita representasikan kedalam bentuk matriks :
Langkah 1
Kita buat 1 pertama pada baris pertama dengan pilihan :
- Dengan menukar baris ke-1 dengan baris ke-2, dinotasikan :
- Dengan mengganti baris ke-1 dengan hasil kali baris ke-1 dengan , dinotasikan :
Kita pilih opsi kedua yaitu menggunakan operasi sehingga kita peroleh :
Langkah 2
Kita sederhanakan baris ke-2 dengan operasi
Dilanjut penyederhanaan baris ke-3 dengan operasi
Langkah 3
Kita buat 1 pertama pada baris ke-2 dengan operasi
Matriks terakhir sudah memenuhi bentuk eselon baris sehingga selanjutnya menggunakan metode substitusi balik, namun sebelumnya kita harus mengubahnya kembali menjadi bentuk sistem persamaan linear.
Perhatikan persamaan (2) :
Subtitusikan ke persamaan (1) dan diperoleh :
Jelaslah pemecahannya banyak karena nilai dari sendiri mempunyai tak terhingga banyaknya kemungkinan. Jadi himpunan penyelesaiannya yaitu :
Contoh 3 (Tidak Punya Solusi)
Diberikan sistem persamaan linear sebagai berikut :
Perintah : Tentukan pemecahan (bila ada) dari sistem persamaan linear di atas dengan metode eliminasi gauss.
Penyelesaian :
Seperti biasa kita representasikan dulu ke dalam bentuk matriks.
Langkah 1
Kita buat 1 pertama pada baris pertama dengan operasi
Langkah 2
Selanjutnya kita sederhanakan baris ke-2 dengan operasi dan diperoleh :
Perhatikan matriks terakhir diatas, kita coba ubah kembali menjadi bentuk sistem persamaan linear.
Kita tahu untuk sembarang bilangan bila dikalikan 0 akan menghasilkan 0 sehingga :
Eliminasi Gauss-Jordan
Eliminasi Gauss-Jordan adalah prosedur pemecahan sistem persamaan linear dengan mengubahnya menjadi bentuk matriks eselon baris tereduksi dengan Operasi Baris Elementer.
Perhatikan ilutrasi berikut :
Lalu apa itu eselon baris tereduksi?
Bentuk Eselon Baris Tereduksi
Matriks Eselon Baris Tereduksi adalah sebuah bentuk matriks eselon baris yang lebih disederhanakan yang bertujuan agar lebih mudah dalam pencarian pemecahan (solusi) dari suatu sistem persamaan .
Agar mencapai bentuk eselon baris tereduksi diperlukan 4 sifat yang terdiri 3 sifat bentuk eselon baris dan 1 sifat khusus.
Berikut 4 sifat agar terbentuk eselon baris tereduksi :
- Jika suatu baris yang semua elemennya tidak nol semua, maka bilangan tidak nol pertama dalam baris tersebut adalah 1. Bisa kita sebut dengan 1 utama/pertama.
- Jika terdapat baris yang semuanya elemennya bernilai nol, maka semua baris yang seperti itu harus dikelompokkan dan diletakkan di bawah matriks.
- Setiap dua baris yang berurutan yang memenuhi sifat ke-1, maka 1 utama dalam baris yang lebih rendah letaknya harus lebih kekanan dari 1 utama dalam baris yang lebih tinggi.
Berikut contoh matriks eselon baris yang memenuhi ketiga sifat di atas :
Di materi sebelumnya tentang eliminasi gauss sudah dijelaskan secara lebih jelas dan runtut mengenai Bentuk Eselon Baris (3 sifat diatas) dan disertai contoh yang menarik. Jadi disarankan membaca dulu materi tentang Eliminasi Gauss.
- Sifat ke-4 ini merupakan sifat khusus yaitu setiap kolom yang mengandung 1 utama maka elemen-elemen lain selain 1 utama bernilai nol.
Berikut contoh matriks eselon baris tereduksi yang memenuhi keempat syarat di atas :
Setelah memahami bentuk eselon baris tereduksi selanjutnya kita akan mencoba memecahkan sistem persamaan linear dengan eliminasi gauss-jordan yakni dengan cara merepresentasikan kedalam matriks kemudian mengubahnya kebentuk eselon baris tereduksi.
Penerapan Eliminasi Gauss-Jordan
Eliminasi gauss-jordan akan lebih terasa bermanfaat jika sistem persamaan linear tersebut terdiri dari banyak persamaan dan variabel, semisal sistem tersebut mempunyai 5 persamaan dan 5 variabel di dalamnya. Selain itu, eliminasi gauss dan eliminasi gauss-jordan juga dapat diterapkan pada sistem persamaan taklinear tertentu (lihat pada contoh ke-2).
Sebenarnya pemecahan SPL dengan metode eliminasi gauss-jordan sudah diterapkan pada postingan sebelumnnya, yaitu pada materi Pemecahan SPL dengan Operasi Baris Elementer yang mana terdapat 3 contoh unik (solusi tunggal, banyak solusi dan tidak punya solusi). Ketiga contoh tersebut dikerjakan dengan prosedur eliminasi gauss-jordan yang dilakukan secara jelas dan runtut.
Sehingga sekarang agar lebih menarik kita akan mencoba variasi soal yang lebih unik.
Contoh 1 (Linear)
Diberikan sistem persamaan linear sebagai berikut :
Tentukan nilai agar SPL di atas :
- Tidak mempunyai penyelesaian;
- Tepat mempunyai satu penyelesaian;
- Mempunyai tak hingga banyak penyelesaian;
Penyelesaian :
Pertama kita representasikan sistem persamaan linear tersebut kedalam bentuk matriks :
Langkah 1
Karena pada baris pertama sudah terdapat 1 utama, kita akan menyederhanakan baris ke-2 dengan operasi , sehingga diperoleh :
Kemudian dilanjut penyederhanaan pada baris ke-3 dengan operasi , didapat :
Langkah 2
Kita buat 1 utama pada baris ke-2 dengan operasi dan kita peroleh :
Selanjutnya kita sederhanakan baris ke-3 dengan operasi
Langkah 3
Karena tujuan kita akan mengidentifikasi nilai , maka kita cukup fokus pada baris ke-3. apabila diubah kembali kedalam bentuk sistem persamaan linear maka :
Perhatikan pada persamaan ketiga :
Kita bagi menjadi 2 kasus :
Kasus 1
Jika atau maka jika disubstitusikan ke persamaan ke-3 diperoleh :
Mengingat sifat sembarang bilangan jika dikalikan nol akan bernilai nol maka nilai dari mempunyai tak hingga kemungkinan. Dapat dimisalkan atau untuk sembarang bilangan . Akibatnya sistem persamaan linear tersebut mempunyai tak hingga banyaknya penyelesaian.
Kasus 2
Jika maka :
Dari persamaan di atas, sistem tersebut akan konsisten (mempunyai solusi baik tunggal ataupun banyak) jika nilai dari . Dari pernyataan-pernyataan di atas dan sebelumnya, jika kita menginginkan sistem tersebut mempunyai solusi tunggal maka haruslah . Sedangkan jika menginginkan sistem tersebut tidak mempunyai solusi maka haruslah .
Kesimpulan
- SPL tersebut akan tidak mempunyai solusi jika
- SPL tersebut akan mempunyai tak hingga solusi jika
- SPL tersebut akan mempunyai solusi tunggal jika
Contoh 2 (Tak Linear)
Untuk membedakan sistem persamaan linear dengan sistem persamaan tak linear, bisa baca kembali Penjelasan Mengenai SIstem Persamaan Linear.
Tentukan pemecahan sistem persamaan tak linear untuk sudut-sudut yang tak diketahui
Dengan dan .
Penyelesaian :
Kalau kita perhatikan bentuk sistem persamaan tak linear di atas tidak beda jauh dengan sistem persamaan linear yang biasa kita kenal, sehingga jika kita representasikan kedalam bentuk matriks akan diperoleh :
Kita akan menggunakan eliminasi gauss-jordan untuk memecahkan sistem tersebut.
Langkah 1
Kita buat 1 utama pada baris pertama dengan operasi sehingga didapat :
Langkah 2
Kita sederhanakan baris ke-2 dengan operasi
Kemudian kita sederhanakan juga baris ke-3 dengan operasi
Langkah 3
Kita buat 1 utama untuk baris ke-2 dengan cara menggunakan operasi
Sekalian kita buat 1 utama dengan operasi
Langkah 4
Jika kita perhatikan bentuk terakhir matriks di atas sudah memenuhi bentuk eselon baris, selanjutnya kita akan mengubahnya menjadi eselon baris tereduksi.
Kita sederhanakan lagi baris ke-1 dengan operasi
Dilanjut dengan operasi
Begitu pula untuk baris ke-2 kita sederhanakan lagi dengan operasi sehingga diperoleh :
Bentuk terkahir sudah memenuhi bentuk eselon tereduksi, kemudian selanjutnya kita nyatakan kembali kedalam sistem persamaan tak linear sebagai berikut.
Untuk persamaan pertama :
Dengan , maka nilai yang memenuhi adalah . Sedangkan untuk persamaan dan nilai dan yang memenuhi yaitu berturut-turut dan mengingat .
Aturan Cramer untuk Sistem 3 × 3
Aturan Cramer dapat diperluas untuk sistem persamaan linear 3 × 3, dengan menggunakan pola yang sama dengan sistem 2 × 2. Diberikan sistem umum 3 × 3,
Solusi-solusi dari sistem tersebut adalah x = Dx/D, y = Dy/D, dan z = Dz/D, dimana Dx, Dy, dan Dz dibentuk dengan mengganti koefisien variable-variabel yang bersangkutan dengan konstanta, dan D adalah determinan dari matriks koefisien (D ≠ 0).
Penerapan Aturan Cramer untuk Sistem 3 × 3
Diberikan suatu sistem persamaan linear 3 × 3
Solusi dari sistem tersebut adalah (x, y, z), dimana
dengan syarat D ≠ 0.
Contoh 2: Menyelesaikan Sistem 3 × 3 Menggunakan Aturan Cramer
Selesaikan sistem berikut dengan menggunakan aturan Cramer.
Pembahasan Pertama kita tentukan determinan dari matriks koefisien untuk memastikan apakah aturan Cramer dapat diterapkan atau tidak. Dengan menggunakan baris ketiga kita mendapatkan
Karena D ≠ 0, kita lanjut untuk menentukan determinan dari matriks-matriks lainnya dengan menggunakan Ms. Excel (rumus untuk menentukan determinan dalam Ms. Excel adalah “=MDETERM(array)”).
Sehingga kita memperoleh,
Jadi, selesaian dari sistem tersebut adalah (2, 0, –1). Selesaian ini dapat diuji ke dalam sistem yang diberikan. Semoga bermanfaat, yos3prens.